UMKM Masih Tersandera Masalah Klasik

Kospin Cirebon, Koperasi Simpan Pinjam Cirebon, Koperasi Cirebon

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengakui, rendahnya produktivitas dan daya saing masih menjadi problem klasik yang mengganjal perkembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Tanah Air.

Salah satu penyebabnya, para pelaku UMKM yang didominasi usaha mikro, masih melakukan kegiatan usahanya secara perorangan. Bahkan, dengan jumlah yang mendominasi sektor usaha nasional, kontribusi UMKM terhadap PDB hanya 60%.

"Untuk itu, koperasi bisa menjadi model bisnis di Indonesia dengan berbasis UMKM," tandas Teten, pada acara sarasehan Membangun Ekosistem Perkoperasian Nasional Dalam upaya Pemulihan Ekonomi, di Kampus Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), Jatinangor, Bandung, Jumat (2/4/2021).

Dalam rangkaian acara Dies Natalis Ikopin ke-39 tersebut, dia mencontohkan sektor pangan (kedelai, beras, jagung, dan sebagainya) yang masih impor. "Produktivitas petani kita rendah karena usaha perorangan tidak bisa masuk skala ekonomi," jelas Teten.

Menurut Teten, mayoritas petani kita memiliki lahan yang sempit, sehingga tercipta keterbatasan dalam hal kualitas dan suplai produk. "Lagi-lagi, dalam kondisi seperti itu, koperasi bisa mengonsolidasi petani-petani berlahan sempit tersebut," kata dia.

Lebih dari itu, dengan korporatisasi petani, khususnya di sektor pangan, harus menggandeng offtaker agar produk pertanian terjaga suplai dan kualitasnya. "Saya contohkan petani bawang di Brebes, yang sejahtera itu tengkulaknya, bukan petaninya.

Fungsi tengkulak bisa digantikan koperasi. Koperasi yang harus membeli produk petani yang akan diserap. Ini model bisnis yang sedang kita bangun," paparnya.

Teten juga merujuk warung-warung milik rakyat takkan bisa melawan jaringan ritel modern dan usahanya pun tidak akan berkembang. "Koperasi bisa mengkonsolidasi warung-warung tersebut dengan membangun semacam pusat distribusi," ucap dia.

Oleh karena itu, Teten mengajak koperasi-koperasi besar untuk masuk ke sektor produksi, seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan sebagainya. "Bayangkan, kita masih impor susu, sedangkan kita punya banyak petani susu. Namun, masih berskala ekonomi rendah.

Kita bisa konsolidasikan potensi itu lewat koperasi hingga masuk skala ekonomi," tegas Teten. Bagi Teten, sudah saatnya mengubah pola Syarikat Dagang menjadi Syarikat Produksi, sehingga produk-produk UMKM bisa masuk rantai pasok global. "Di sini, UMKM bisa terintegrasi melalui koperasi," tegasnya.

(Artikel dari https://ekbis.sindonews.com/read/384794/34/umkm-masih-tersandera-masalah-klasik-rendahnya-produktivitas-dan-daya-saing-1617361457)

UMKM Masih Tersandera Masalah Klasik - Global Artha Jasa
Previous Post Next Post